Setelah semalam mengikuti kelas “Cara Mudah Menulis” bersama Trinity, daring melalui aplikasi Zoom. Pagi ini saya mencoba untuk mempraktikan apa yang telah saya pelajari. Ingatan saya tertuju pada kata-kata Mbak Trinity, bahwa jika ada ide untuk menulis, maka langsung saja di tangkap. Tulis ide tulisan tersebut di buku atau HP dengan membuat catatan-catatan kecil. Jujur saya juga baru menulis kembali. Seperti Mbak Trinity, waktu kecil saya juga suka menulis di diary. Menuliskan perasaan dan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari saya. Menulis di diary yang sifatnya tertutup, hanya untuk dibaca untuk diri sendiri ataupun dibaca oleh orang lain yang saya ijinkan, tentunya berbeda dengan menulis untuk di media sosial yang pastinya akan dibaca oleh orang lain. Tapi saya siap untuk memulainya. Pastilah, kalau tidak saya tidak akan mengikuti kelas menulis, hehehe. Seperti kata pepatah, saat murid siap, guru akan muncul dengan sendirinya.Lanjut ke tulisan saya ya, yang bercerita tentang keseharian saya. Ide yang tertangkap oleh saya kali ini adalah mengenai cinta saya kepada anak-anak saya dan suami. Pagi ini anak saya yang paling cantik sendiri, yaitu Emma, bangun tidur dengan kondisi yang tidak nyaman. Sebelum subuh, Emma terbangun. Saya bisa merasakan kegelisahan pada dirinya. Udara dikamar terasa dingin oleh AC, namun terasa ada keringat di dahi Emma. Wajahnya seperti mau menangis, kedua matanya terlihat masih mengantuk. Emma menuju ke tempat tidur saya, minta dipeluk. Saya tahu ada sesuatu yang menyebabkan Emma gelisah sehingga minta dipeluk. Emma lalu memilih tidur di sebelah saya dalam posisi memiringkan tubuhnya ke arah kiri. Emma mengulurkan tangannya, meminta saya untuk melingkarkan tangan saya ke pinggangnya. Sambil melingkarkan tangan, saya mengganjal kedua sisi tubuhnya dengan guling, satu sisi di sebelah saya, dan lainnya di depan tubuhnya. Ini adalah posisi yang nyaman untuknya sedari kecil. Emma sudah terbiasa dengan posisi ini, posisi saat Emma menyusu ASI. Sayapeluk
Emma sambil memberikan perasaan sayang. Mengusap tubuhnya sesekali, untuk membuat Emma nyaman. Saya pun mulai merasakan Emma tertidur pulas. Perasaan hangat saya berikan kepadanya, saya pun tertidur.Terdengar suara orang mengaji di masjid dekat rumah, menandakan akan memasuki waktu subuh. Saya terbangun, saya melihat Emma masih tertidur di samping saya. Saya dan suami keluar dari kamar kami. Saat suami sudah selesai untuk wudhu, akan memulai sholat subuh, suami membangunkan anak-anak kami. Selesai sholat subuh, Emma yang masih sedikit mengantuk, mendekati saya, menempelkan lengan kanannya ke tubuh saya, dan meminta untuk dipeluk
. Saya yang tadinya mau membaca buku, mengurungkan niat saya. Saya melihat wajahnya, sambil membentangkan kedua tangan saya, merengkuhnya ke dalam pelukan saya.Melihat kakak dipeluk, Ghani anak kedua kami juga ikut minta dipeluk. Emma meminta saya untuk hanya memeluknya saja. Emma berkata, “Mama, sama Emma aja, Emma semalam mimpi buruk, tapi ga ingat mimpinya apa”. Saya pun memberi pengertian dan perasaan kasih sayang ke Ghani, bahwa kakaknya semalam mimpi buruk, sehingga ingin bersama saya. Ghani berkata kepada saya, ia ingin menonton tv saja.Saya bisa fokus ke Emma untuk memberikan rasa aman, kasih sayang, dan kehangatan melalui pelukan. Emma sudah besar sekarang. Tinggi badannya hanya kurang beberapa senti dengan saya. Emma memanjangkan kakinya, dalam posisi tidur, sambil memeluk saya. Saya mengusap tubuhnya sambil menyanyikan lagu saat ia kecil berjudul “Topi Saya Bundar”. Saya berkata dengan tersenyum padanya, “Emma waktu kecil pas nyanyi lagu ini, bilangnya Topi Saya Bunda loh”. Emma ikut tersenyum, kami jadi tertawa bersama. Emma memeluk saya semakin erat. Saya menghabiskan beberapa menit bersamanya. Mengirimkannya perasaan hangat. Terlihat wajahnya sudah segar dan cerah kembali. Setelah merasa nyaman, Emma melepaskan pelukannya. Saya menatapnya dengan penuh kasih sayang, bertanya padanya, apakah Emma sudah merasa nyaman? Sudah jawabnya. Lalu saya mencium keningnya sebanyak 3x, setelah itu membisikkan di telinga kanannya bahwa Emma adalah anak yang berharga. Emma mengiyakan, lalu bergabung dengan adik-adiknya menonton tv.Saya teringat kemarin siang, adiknya yang paling kecil berusia 3 tahun, bernama Kevin, bangun dari tidur siang dalam keadaan tidak nyaman juga. Darimana saya tahu Kevin tidak nyaman? Kevin bangun dari tidurnya sambil menangis dan memanggil-manggil saya. Saya yang mendengar suaranya bergegas masuk ke kamar, saya melihat Kevin masih dalam posisi tiduran di kasur, wajahnya memerah. Saya menyamakan posisi tubuh saya dengannya. Kevin memeluk saya sambil berkata, “Mama temenin aku”. Saya menemaninya. Terlihat Kevin masih gelisah, mengerakkan-gerakan tangannya, membalik-balik tubuhnya di kasur, mengganti posisi tubuhnya ke kanan ke kiri. Masih belum tenang, kemudian Kevin meminta untuk di gendong. Saya menggapai kedua lengannya, di bawah bagian ketiak, merengkuhnya di dalam gendongan saya. Kepalanya bersebelahan dengan kepala saya. Kevin menyandarkan kepalanya ke bahu saya. Sambil saya bangkit dari posisi duduk ke posisi berdiri. Memeluk Kevin, menggendongnya dengan tangan saya, sambil memberikan perasaan sayang, untuk menenangkannya. Saya dapat merasakan Kevin menjadi tenang, nyaman, tangisnya berhenti, wajah dan tubuhnya mulai rileks. Saya tunggu beberapa saat sampai Kevin benar-benar tenang. Sudah tenang, Kevin meminta turun dari gendongan dan mengajak saya ke meja makan.Terkadang, anak merasa cemas, merasa takut dalam tidurnya, dan dapat terbangun dengan membawa perasaan itu. Entah itu karena mimpi buruk, atau merasa tidak nyaman saat main dengan temannya, saat di sekolah, perasaan itu mereka bawa dalam tidurnya. Namun, dengan bantuan orang tua yang responsif dan penuh kasih sayang. Anak-anak bisa melewatinya, perasaan tidak nyaman itu menjadi hilang, digantikan dengan perasaan aman, hangat dan kasih sayang dari orang tuanya. Saya pun merasa bersyukur, anak-anak dekat dengan saya, saya bisa memberikan perasaan sayang saya ke anak-anak melalui pelukan. Anak-anak bisa merasakan kehadiran saya di dalam dirinya. Membuat hati kami terhubung, dekat satu sama lainnya. Tali kasih yang terhubung di hati kami, membuat rasa takut dan cemas menghilang, yang ada adalah perasaan aman, kasih sayang dan kedekatan emosional.Inilah cerita yang dapat saya bagikan kepada teman-teman kelas “Cara Mudah Menulis” bersama Trinity di Instagram. Butuh waktu hampir seharian untuk saya menulis, membacanya kembali, dan mengeditnya. Puas sekali rasanya. Terimakasih sudah membaca sampai akhir, semoga tulisan saya bisa menginspirasi.

Recent Comments